Yo
yo yooo .... bertemu lagi dengan saya Syarifah Raguan :p !!!
Sekarang saya mau
melanjutkan membahas atau menganilisis
jurnal dari teman-teman psikologi J
Oke,kalo kalian
ingat-ingat minggu kemarin saya ngepost hasil
analisis jurnal dari berbagai kelompok termasuk kelompok saya, kali ini
saya akan membahas atau menganalisa atau kata lain mereview kelompok-kelompok
yang belum saya post ke blog ini. Naah kelompok kali ini yaitu kelompok 3, 4,
dan kelompok 7. Mengapa kelompok 5 tidak dibahas dalam blog ini? Karena
ternyata kelompok 5 dengan kelompok 4 membahas jurnal yang sama, alhasil
kelompok 5 gugur untuk berpresentasi dan harus mencari-cari jurnal lain untuk
dipresentasikan minggu depan..
Saya mulai dengan kelompok 3
Kali ini kelompok 3
meiliki jurnal yang berjudul “Kecemburuan Pada Kaum Homoseksual Pria(Gay) di
Jakarta”
Waaww menarik nih untuk kita
ketahui,
Latar belakang dari
jurnal ini adalah ada satu contoh kasus. Kalian tahu Ryan Jombang kan ?? kasus
memutilasi banyak korban ?? sebagian korbanya adalah laki-laki,yang katanya
pernah menjalin hubungan dengan Ryan tersebut. Dikelompok 3 tidak membahas
kenapa kelompok 3 memilih jurnal ini. Tujuan dari jurnal ini adalah untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai gambaran kecemburuan pada kaum gay di Jakarta.
Kecemburuan
adalah
bentuk lain dari
pengalaman emosi negatif yang diakibatkan oleh hilangnya hubungan yang berharga
terhadap objek yang di cemburui baik dalam keadaan nyata maupun imajinasi”
(Salovey, 1991 dalam Miller, et al., 2007,). Hal yang dapat mendefinisikan kecemburuan adalah Hurt dan Fear. Hurt
adalah persepsi bahwa pasangan tidak menghargai komitmen,jadi salah satu dari
pasangan beranggapan ada yang tidak menepati janji atau komitmen awal menjalin hubungan. Fear adalah
dihasilkan dari kemungkinan yang mengerikan, misalnya kehilangan pasangan (guerrero & andersen,1998 dalam miller
et.al.2007).
Homoseksual adalah individu yg memiliki
ketertarikan seksual terhadap orang – orang yg memiliki jenis kelamin sama
dengan dirinya” (Cohn, 1974.34). ada 2 macam
homoseksual yaitu ego sintotik dan ego distonik. Ego sintotik adalah dimana
individu tersebut merasa nyaman dengan keadaan yang mereka rasakan saat itu.
Ego distonik adalah sebaliknya individu tidak merasa nyaman dengan dirinya,
tidak menerima dengan keadaanya begitu. Terjadinya homoseksual karena
faktor-faktormenurut litaratur yaitu dimana figur ayah yang kurang berperan
dalam kehidupan individu tersebut.
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode obervasi dan wawancara dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode wawancara sebagai metode pengumpulan
data utama. Dan observasi digunakan sebagai penunjang dalam berlangsungnya kegiatan wawancara. Metode Observasi yang
digunakan adalah observasi non-partisipan . Observer mengamati saat wawancara berlangsung .Responden berjumlah 3 orang
yang berjenis kelamin laki-laki,memiliki orientasi homoseksual, usia dari 20-40
tahun,sudah pernah melakukan hubungan seksual, pendidikan minimal SMA, dan
berdomisili dijakarta dan sekitarnya.
Hasil
Subjek 1 menyadari ketertarikannya sesama jenis
sejak usia 10 tahun, subjek 2 menyadari ketika 16 tahun, dan subyek 3 menyadari
sejak usia 15 tahun. Dari ketiga subyek, Dua subjek notasi bicara terpacu lebih cepat. Pada subjek ketiga terlihat genggaman tangan memguat/mengepal.
Ketika ditanya mengenai sejak kapan berhubungan
seksual, 2 subyek merespon lebih cepat dengan menjawab telah melakukan perilaku
seksual sesama jenis yaitu usia 9 tahun sedangkan subyek 1 melakukannya di usia
18-19 tahun dan subyek 3 di usia 15 – 18 tahun.
keseluruhan subjek diketahui bahwa terdapat semua
faktor potensial yang menyebabkan ia menjadi gay seperti terdapat pada model
teori. Faktor potensial itu adalah ketidakadaan figur ayah (ayah sebagai tokoh
negatif), terisolasi dari lingkungan
sekitar, perasaan rendah diri, jenis permainan saat masih kecil, dan gaya hidup.
Dari segi psikiatri, semua subyek merupakan
homoseksual ego distonik.
Hal ini dikarenakan ketika subyek masih mengalami
konflik psikis, belum dapat menerima orientasinya serta masih menutupi
orientasinya kepada orang lain.
Lanjut ke kelompok 4.. check this out !
Kelompok 4 membahas jurnal yang berjudul “Efektivitas Metode Pembelajaran Gotong Royong (cooperative Learning) Untuk
Menurunkan Kecemasan Siswa Dalam Mengahadapi Pelajaran Matematika” (Suatu studi
Eksperimental pada Siswa di SMP 26 Semarang).
Latar belakang menurut kelompok 4 mengapa
m,ereka memilih jurnal ini, dikarenakan dari sisi observasi yang dilakukan pada
jurnal ini lebih baik dibandingkan dengan jurnal yang sebelumnya dan mereka merasakan
hal yang sama pada waktu sekolah memiliki kecemasan saat menghadapi pelajaran
matematika.
Latar belakang dari jurnal yaitu Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap momok bagi sebagian pelajar,
termasuk siswa SMP. Salah satu faktor yang dapat berpengaruh buruk terhadap
prestasi matematika siswa adalah kecemasan. Berdasarkan hal ini peneliti
tertarik untuk melakukan eksperimen untuk mengetahui apakah metode belajar
gotong royong dapat mengatasi kecemasan dalam belajar matematika.
Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas
2 SMP 26 Semarang yang berjumlah 32 orang yang dibagi menjadi dua kelompok
masing-masing 16 orang.
Teori
Hurlock 1997 mendefinisikan kecemasan
sebagai keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam
atau yang dibayangkan, yang ditandai dengan kehawatiran, ketidak enakan, dan
perasaan yang tidak baik, yang tidak dapat dihindari oleh seseorang. Metode pembelajaran gotong royong (cooperative
learning) didefiniskan sebagai suatu sistem kerja atau belajar kelompok
yang tersetruktur yang mencakup saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan,
interaksi personal, keahlian bersama dan evaluasi proses kelompok (johnson & jhonson 1994).
Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi, wawancara, dan skala kecemasan,observasi yang dilakukan
adalah observasi non-partisipan.
Eksperimen
l
Pertama-tama siswa diberikan pretest yang berupa skala kecemasan.
l
Kemudian siswa dibagi menjadi dua kelompok, kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen, pada kelompok eksperimen diberlakukan metode pembelajaran
gotong royong, sedangkan kelompok kontrol tidak diberlakukan. Hal ini terjadi
selama 4 kali pertemuan.
l
Setelah itu semua siswa diberi posttest yang sama berupa skala
kecemasan seperti pada subtest awal.
l
Pada metode pembelajaran gotong royong, siswa duduk dikelompokkan,
siswa diberikan tugas yang pengerjaannya secara berkelompok, tempat duduk siswa
juga diatur menjadi beberapa kelompok yang saling berhadapan antar anggota
kelompok tanpa harus berhadapan kearah meja guru.
Hasil
Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian
perlakuan berupa Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) terhadap
kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika. Ada perbedaan kecemasan
siswa dalam menghadapi pelajaran matematika pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan mengalami
penurunan skor kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika, sedangkan
kelompok kontrol tidak. Dengan metode pembelajaran gotong royong siswa menjadi
lebih rileks dalam menghadapi pelajaran matematika.
Lanjut lagi ke kelompok 7
Kelompok 7 memiliki jurnal yang berjudul “JURNAL KOHESIFITAS
SUPORTER TIM
SEPAK BOLA PERSIJA. Bayu Wicaksono.Universitas Gunadarma”
SEPAK BOLA PERSIJA. Bayu Wicaksono.Universitas Gunadarma”
Latar belakang menurut kelompok kenapa memilih
jurnal ini karena kita ingin mengetahui setinggi apa rasa kohesivitas yang ada
dalam kelompok the jakmania ini. peneliti mengangkat tema kohesifitas dalam kelompok
untuk dijadikan sebagai bahan penelitian, dikarenakan adanya pandangan
masyarakat yang bertentangan mengenai suporter sepak bola. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kohesivitas
individu dalam kelompok kecil The Jakmania?, Faktor-faktor yang
menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil TheJakmania?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimanakah kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania, ingin mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
kohesivitas individu dalam kelompok kecil TheJakmania.
Teori
Festinger dkk. (dalam
Sarwono, 2005)menyatakan bahwa kohesivitas kelompok adalah ketertarikan
terhadap kelompok dan anggota kelompok dan dilanjutkan dengan interaksi sosial
dan tujuan-tujuan pribadi yang menuntut saling ketergantungan. Walgito (2007) menyatakan
bahwa kohesivitas kolompok adalah saling tertariknya atau saling senangnya
anggota satu dengan yang lain dalam kelompok.
Pendukung adalah seseorang yang
secara sukarela ikut ambil bagian dalam mendukung sebuah teori, konsep,
kegiatan.(Hornby, 2000) . Suporter
adalah orang yang
memberikan dukungan, sokongan, dalam pertandingan. (Alwi, 2005).
Faktor-faktor yang menyebabkan kohevitas
kelompok :
Kelangsungan keberadaan
kelompok(berlanjut untuk waktu yang lama) dalam arti keanggotaan dan peran
setiap anggota, adanya tradisi, kebiasaan, dan adat, ada organisasi dalam kelompok, kesadaran diri kelompok, yaitu setiap anggota tahu siapa saja yang termasuk dalam
kelompok, bagaimana caranya ia berfungsi dalam kelompok,bagaimana struktur
dalam kelompok, dan sebagainya, Pengetahuan
tentang kelompok, Keterikatan (attachment)
kepada kelompok.
Subjek penelitian : anggota The Jakmania dan
merupakan bagian dari kelompok The Jak
Kukusan , Jumlah Subjek sebanyak 2 orang yang masih dalam satu
kelompok pada komunitas The Jak Kukusan. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara terbuka dan
observasi partisipasi.
Hasil
Kohesivitas individu dalam kelompok dilihat
dari Aktifitas
kelompok dalam komunitas (main bolabareng, satu lingkungan, bakti sosial dan
nonton bola bareng), identitas kelompok
(warna, tulisan, logo-logo, warna, logo,atribut Persija), kohesivitas kelompok
di luar lapangan (proses menumbuhkan keterikatan , aktifitas sebelum pertandingan, aktifitas setelah
pertandingan, tempat berkumpul,mencari kendaraan, menaiki kendaraan,menyanyikan
yel-yel, membeli air dan rokok,tegur sapa, menuju tempat parkir, perjalanan
pulang, membahas pertandingan).
Thank you :)
memang saya harus bilang WOW...yuk buat komunitas penulis Mbak Ipeh, Mbak Ipeh jadi ketuanya gimana?
BalasHapusWADUUUUH... boleh juga tuh mas, tapi lain waktu saja, beri kesempatan untuk yang lain dulu. hhehe
BalasHapus