Jumat, 28 September 2012

Review Jurnal Season II

Yo yo yooo .... bertemu lagi dengan saya Syarifah Raguan :p !!!
Sekarang saya mau melanjutkan membahas atau menganilisis  jurnal dari teman-teman psikologi J
Oke,kalo kalian ingat-ingat minggu kemarin saya ngepost hasil  analisis jurnal dari berbagai kelompok termasuk kelompok saya, kali ini saya akan membahas atau menganalisa atau kata lain mereview kelompok-kelompok yang belum saya post ke blog ini. Naah kelompok kali ini yaitu kelompok 3, 4, dan kelompok 7. Mengapa kelompok 5 tidak dibahas dalam blog ini? Karena ternyata kelompok 5 dengan kelompok 4 membahas jurnal yang sama, alhasil kelompok 5 gugur untuk berpresentasi dan harus mencari-cari jurnal lain untuk dipresentasikan minggu depan..

Saya mulai dengan kelompok 3
Kali ini kelompok 3 meiliki jurnal yang berjudul “Kecemburuan Pada Kaum Homoseksual Pria(Gay) di Jakarta”
Waaww menarik nih untuk kita ketahui,
Latar belakang dari jurnal ini adalah ada satu contoh kasus. Kalian tahu Ryan Jombang kan ?? kasus memutilasi banyak korban ?? sebagian korbanya adalah laki-laki,yang katanya pernah menjalin hubungan dengan Ryan tersebut. Dikelompok 3 tidak membahas kenapa kelompok 3 memilih jurnal ini. Tujuan dari jurnal ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gambaran kecemburuan pada kaum gay di Jakarta.
Kecemburuan adalah  bentuk lain dari pengalaman emosi negatif yang diakibatkan oleh hilangnya hubungan yang berharga terhadap objek yang di cemburui baik dalam keadaan nyata maupun imajinasi  (Salovey, 1991 dalam Miller, et al., 2007,). Hal yang dapat mendefinisikan kecemburuan adalah Hurt dan Fear. Hurt adalah persepsi bahwa pasangan tidak menghargai komitmen,jadi salah satu dari pasangan beranggapan ada yang tidak menepati janji atau komitmen  awal menjalin hubungan. Fear adalah dihasilkan dari kemungkinan yang mengerikan, misalnya kehilangan pasangan (guerrero & andersen,1998 dalam miller et.al.2007).
Homoseksual adalah individu yg memiliki ketertarikan seksual terhadap orang – orang yg memiliki jenis kelamin sama dengan dirinya” (Cohn, 1974.34). ada 2 macam homoseksual yaitu ego sintotik dan ego distonik. Ego sintotik adalah dimana individu tersebut merasa nyaman dengan keadaan yang mereka rasakan saat itu. Ego distonik adalah sebaliknya individu tidak merasa nyaman dengan dirinya, tidak menerima dengan keadaanya begitu. Terjadinya homoseksual karena faktor-faktormenurut litaratur yaitu dimana figur ayah yang kurang berperan dalam kehidupan individu tersebut.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode obervasi dan wawancara dengan menggunakan pendekatan kualitatif.  Metode wawancara sebagai metode pengumpulan data utama. Dan observasi digunakan sebagai penunjang  dalam berlangsungnya kegiatan wawancara. Metode Observasi yang digunakan adalah observasi non-partisipan .  Observer mengamati saat wawancara berlangsung .Responden berjumlah 3 orang yang berjenis kelamin laki-laki,memiliki orientasi homoseksual, usia dari 20-40 tahun,sudah pernah melakukan hubungan seksual, pendidikan minimal SMA, dan berdomisili dijakarta dan sekitarnya.

Hasil
Subjek 1 menyadari ketertarikannya sesama jenis sejak usia 10 tahun, subjek 2 menyadari ketika 16 tahun, dan subyek 3 menyadari sejak usia 15 tahun. Dari ketiga subyek, Dua subjek notasi bicara terpacu lebih cepat. Pada subjek ketiga terlihat genggaman tangan memguat/mengepal.
Ketika ditanya mengenai sejak kapan berhubungan seksual, 2 subyek merespon lebih cepat dengan menjawab telah melakukan perilaku seksual sesama jenis yaitu usia 9 tahun sedangkan subyek 1 melakukannya di usia 18-19 tahun dan subyek 3 di usia 15 – 18 tahun.
keseluruhan subjek diketahui bahwa terdapat semua faktor potensial yang menyebabkan ia menjadi gay seperti terdapat pada model teori. Faktor potensial itu adalah ketidakadaan figur ayah (ayah sebagai tokoh negatif),  terisolasi dari lingkungan sekitar, perasaan rendah diri, jenis permainan saat masih kecil, dan gaya hidup.
Dari segi psikiatri, semua subyek merupakan homoseksual ego distonik.
Hal ini dikarenakan ketika subyek masih mengalami konflik psikis, belum dapat menerima orientasinya serta masih menutupi orientasinya kepada orang lain.

Lanjut ke kelompok 4.. check this out !
Kelompok 4 membahas jurnal yang berjudul “Efektivitas Metode Pembelajaran Gotong Royong (cooperative Learning) Untuk Menurunkan Kecemasan Siswa Dalam Mengahadapi Pelajaran Matematika” (Suatu studi Eksperimental pada Siswa di SMP 26 Semarang).
Latar belakang menurut kelompok 4 mengapa m,ereka memilih jurnal ini, dikarenakan dari sisi observasi yang dilakukan pada jurnal ini lebih baik dibandingkan dengan jurnal yang sebelumnya dan mereka merasakan hal yang sama pada waktu sekolah memiliki kecemasan saat menghadapi pelajaran matematika.
Latar belakang dari jurnal yaitu Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap momok bagi sebagian pelajar, termasuk siswa SMP. Salah satu faktor yang dapat berpengaruh buruk terhadap prestasi matematika siswa adalah kecemasan. Berdasarkan hal ini peneliti tertarik untuk melakukan eksperimen untuk mengetahui apakah metode belajar gotong royong dapat mengatasi kecemasan dalam belajar matematika.
Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMP 26 Semarang yang berjumlah 32 orang yang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 16 orang.
Teori
Hurlock 1997 mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan, yang ditandai dengan kehawatiran, ketidak enakan, dan perasaan yang tidak baik, yang tidak dapat dihindari oleh seseorang.  Metode pembelajaran gotong royong (cooperative learning) didefiniskan sebagai suatu sistem kerja atau belajar kelompok yang tersetruktur yang mencakup saling ketergantungan  positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi personal, keahlian bersama dan evaluasi proses kelompok  (johnson & jhonson 1994).
Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan skala kecemasan,observasi yang dilakukan adalah observasi non-partisipan.
Eksperimen
l       Pertama-tama siswa diberikan pretest yang berupa  skala kecemasan.
l       Kemudian siswa dibagi menjadi dua kelompok, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, pada kelompok eksperimen diberlakukan metode pembelajaran gotong royong, sedangkan kelompok kontrol tidak diberlakukan. Hal ini terjadi selama 4 kali pertemuan.
l       Setelah itu semua siswa diberi posttest yang sama berupa skala kecemasan seperti pada subtest awal.
l       Pada metode pembelajaran gotong royong, siswa duduk dikelompokkan, siswa diberikan tugas yang pengerjaannya secara berkelompok, tempat duduk siswa juga diatur menjadi beberapa kelompok yang saling berhadapan antar anggota kelompok tanpa harus berhadapan kearah meja guru.
Hasil
Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian perlakuan berupa Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) terhadap kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika. Ada perbedaan kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan mengalami penurunan skor kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika, sedangkan kelompok kontrol tidak. Dengan metode pembelajaran gotong royong siswa menjadi lebih rileks dalam menghadapi pelajaran matematika.

Lanjut lagi ke kelompok 7
Kelompok 7 memiliki jurnal yang berjudul “JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM
SEPAK BOLA PERSIJA. Bayu Wicaksono.Universitas Gunadarma
Latar belakang menurut kelompok kenapa memilih jurnal ini karena kita ingin mengetahui setinggi apa rasa kohesivitas yang ada dalam kelompok the jakmania ini. peneliti mengangkat tema kohesifitas dalam kelompok untuk dijadikan sebagai bahan penelitian, dikarenakan adanya pandangan masyarakat yang bertentangan mengenai suporter sepak bola. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania?,  Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil TheJakmania?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania, ingin mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil TheJakmania.
Teori
Festinger dkk. (dalam Sarwono, 2005)menyatakan bahwa kohesivitas kelompok adalah ketertarikan terhadap kelompok dan anggota kelompok dan dilanjutkan dengan interaksi sosial dan tujuan-tujuan pribadi yang menuntut saling ketergantungan.  Walgito (2007) menyatakan bahwa kohesivitas kolompok adalah saling tertariknya atau saling senangnya anggota satu dengan yang lain dalam kelompok.
Pendukung adalah seseorang yang secara sukarela ikut ambil bagian dalam mendukung sebuah teori, konsep, kegiatan.(Hornby, 2000) . Suporter  adalah orang yang memberikan dukungan, sokongan, dalam pertandingan. (Alwi, 2005).
Faktor-faktor yang menyebabkan kohevitas kelompok :
Kelangsungan keberadaan kelompok(berlanjut untuk waktu yang lama) dalam arti keanggotaan dan peran setiap anggota, adanya tradisi, kebiasaan, dan adat, ada organisasi dalam kelompok, kesadaran diri kelompok, yaitu setiap anggota tahu siapa saja yang termasuk dalam kelompok, bagaimana caranya ia berfungsi dalam kelompok,bagaimana struktur dalam kelompok, dan sebagainya, Pengetahuan tentang kelompok, Keterikatan (attachment) kepada kelompok.
Subjek penelitian : anggota The Jakmania dan merupakan bagian dari kelompok The Jak Kukusan , Jumlah Subjek sebanyak 2 orang yang masih dalam satu kelompok pada komunitas The Jak Kukusan. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara terbuka dan observasi partisipasi.
Hasil
Kohesivitas individu dalam kelompok dilihat dari Aktifitas kelompok dalam komunitas (main bolabareng, satu lingkungan, bakti sosial dan nonton bola bareng), identitas kelompok (warna, tulisan, logo-logo, warna, logo,atribut Persija), kohesivitas kelompok di luar lapangan (proses menumbuhkan keterikatan , aktifitas sebelum pertandingan, aktifitas setelah pertandingan, tempat berkumpul,mencari kendaraan, menaiki kendaraan,menyanyikan yel-yel, membeli air dan rokok,tegur sapa, menuju tempat parkir, perjalanan pulang, membahas pertandingan).


Thank you :)














2 komentar:

  1. memang saya harus bilang WOW...yuk buat komunitas penulis Mbak Ipeh, Mbak Ipeh jadi ketuanya gimana?

    BalasHapus
  2. WADUUUUH... boleh juga tuh mas, tapi lain waktu saja, beri kesempatan untuk yang lain dulu. hhehe

    BalasHapus