Jumat, 28 September 2012

Kecemasan (anxiety)


Kecemasan (anxiety)
Dinamika-dinamika kepribadian sebagian besar diatur oleh keperluan memuaskan kebutuhan-kebutuhan dimana peran lingkungan tidak disangsikan lagi amatlah penting. Freud tidak mengabaikan pengaruh lingkungan terhadap kepribadian atau tingkah laku individu. Peranan atau pengaruh lingkungan terhadap kepribadian individu ditunjukan oleh fakta bahwa, disamping bisa memuaskan atau menyenangkan individu, lingkungan juga bisa memfrustasikan, tidak menyenangkan, dan bahkan mengancam atau membahayakan individu. Terhadap stimulus-stimulus tertentu yang dihadapinya,  dalam hal ini stimulus  yang mengancam atau membahayakan, individu biasanya menunjukan reaksi ketakutan, lebih-lebih apabila stimulus-stimulus tersebut tidakbisa diatasi atau sulit dikendalikan. Dan apabila stimlus yang membahayakan itu terus-menerus menghantui atau mengancam individu, maka individu ini akan mengalami kecemasan (anxiety).
Kecemasan pada dasarnya memiliki arti penting bagi individu. Bahwa kecemasan berfungsi sebagai peringatan bagi individu agar mengetahui adanya bahaya yang sedang mengancam, sehingga individu tersebut bisa mempersiapkan langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasi bahaya yang mengancam. Freud membagi kecemasan ke dalam tiga jenis, yitu kecemasan riel adalah kecemasan atau ketakutan individu terhadap bahaya-bahaya nyata yang berasal dari dunia luar (api, binatang buas, orang jahat, hukuman). Kecemasan neurotik adalah kecemasan atas tidak terkendalikannya naluri-naluri primitif oleh ego yang nantinya bisa mendatangkan hukuman. Sumbernya berada di dalam diri, sebab hukuman yang ditakutkan oleh ego individu berasal dari dunia luar. Kecemasan moral adalah kecemasan yang timbul akibat tekanan superego atas ego individu berhubung individu telah atau sedang melakukan tindakan yang melanggar moral. Kecemasan moral ini menyatakan diri dalam bentuk rasa salah atau perasaan berdosa.
Kecemasan memiliki arti penting karena fungsinya membantu individu agar mengetahui adanya bahaya yang sedang mengancamnya. Tetapi bagaimanapun, kecemasan akan menjadi penganggu yang sama sekali tidak diharapkan kemunculannya oleh individu apabila kecemasan itu berlebihan, dan taraf tegangan yang bukannya relatif tinggi. Dan apabila hal ini terjadi, maka ego individu akan menjalankan mekanisme pertahanan. Menurut Freud, mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan banyak macamnya, seperti :
Represi
Represi adalah mekanisme yang dilakukan oleh ego untuk meredakan kecemasan dengan jalan menekan dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang menjadi penyebab kecemasan tersebut ke dalam tak sadar. Upaya meredakan kecemasan melalui represi ini menurut Freud bukan tanpa resiko. Ia mengingatkan bahwa dorongan-dorongan yang direpres atau ditekan itu tetap aktif di alam tak sadar, dan memerlukan energi psikis yang besar untuk menjaganya agar tidak muncul ke alam sadar. Dan pengurasan energi psikis oleh mekanisme represi ini bisa membawa akibat berupa tidak efektifnya ego dalam memelihara dan menunutun tingkah laku individu. Penyakit-penyakit psikosomatik, penyimpangan seksual adalah akibat lain yang bisa ditimbulkan oleh pengurasan energi psikis. Dorongan-dorongan yang di repres bisa lolos serta muncul ke luar melalu mimpi atau salah ucap dengan bentuk yang disimbolisasi.
Sublimasi
Sublimasi adalah mekanisme pertahanan ego yang ditujukjan untuk mencegah atau meredakan kecemasan dengan cara mengubah dan menyesuaikan dorongan primitif id yang menjadi penyebab kecemasan ke dalam bentuk tingkah laku yang bisa diterima dan bahkan dihargai oleh masyarakat. Contohnya seorang pemuda yang mengalami kecemasan sehubungan dengan hasrat seksualnya yang besar, kemudian bergiat di bidang olahraga atau seorang yang mengalami kecemasan karena dorongan agresinya kuat, kemudioan bekerja jadi tukang jagal. Freud bahkan percaya bawa para ilmuwan menekuni bidang ilmu atau para seniman menekuni bidang seni untuk sebagian besar merupakan sublimasi dari dorongan seksual.
Proyeksi
Proyeksi adalah pengalihan dorongan, sikap, atau tingkah laku yang menimbulkan kecemasan kepada orang lain. Contohnya, seorang siswa yang malas dan kemudian tidak lulus ujian mengatakan kepada orang tuanya bahwa dia tidak luylus ujian bukan karena malas melaikan karena guru yang sentimen kepadanya. Prasangka-prasangka sosial atau pengkambinghitaman atas individu dan kelompok lain (biasanya minoritas) juga merupakan bentuk proyeksi.
Displacement
Displacement adalah pengungkapan dorongan yang menimbulkan kecemasan kepada objek atau individu yang kurang berbahaya atau kurang mengancam dibanding dengan objek atau individu semula. Contohnya seorang anak dipuluki oleh ayahnya dan ingin membalas kepada sang ayah, tetapi karena takut, si anak kemudian memukuli adiknya.
Rasionalisasi
Istilah rasionalisasi menunjuk kepada upaya individu menyelewengkan atau memutarbalikan kenyataan, dalam hal ini kenyataan yang mengancam ego, melalui alasan tertentu yang seakan-akan masuk akal, sehingga kenyataan tersebut tidak lagi mengancam ego individu yang bersangkutan. Contohnya, seorang pemuda berniat mendekati seorang gadis cantik yang menarik hatinya, tetapi karena takut di tolak, si pemuda kemudian mengurungkan niatnyaitu. Dan ketika dia ditanya oleh temanya kenapa tidak jadi mendekati si gadis itu, si pemuda memberikan alasan bahwa gadis tersebut sesungguhnya tidak menarik.
Reaksi Formasi
Reaksi Formasi adalah kadang-kadang ego individu bisa mengendalikan dorongan-dorongan primitif agar tidak muncul sambil secara sadar mengungkapkan tingkah laku sebaliknya. Contohnya, seorang kakakmembenci adiknya, tetapi oleh karena kebencian terhadap adiknya itu merupakan suatu sikap yang tercela, dan karenaya membuat si kakak mengalami rasa berdosa dan kecemasan, maka  si kakak kemudian mengungkapkan sikap sebaliknya, yakni menyayangi adiknya secara berlebihan.
Regresi
Regresi adalah dimana individu untuk menghindarkan diri dari kenyataan yang mengancam, kembali kepada taraf perkembangan yang lebih rtendah serta bertingkah laku sepereti ketika dia berada dalam taraf yang lebih rendah itu. Contohnya, seorang gadis yang merasa cemas ditinggalkan pacarnya kenudian bertingkah laku kekanak-kanakan atau seorang anak yang merasa cemas kasih sayang kedua orang tuanya direbut oleh adiknya yang baru lahir, menjadisering nhomopl seperti dia masih bayi.

Mudah-mudahan bacaan ini bermanfaat  untuk kita semua   :) :)

Sumber: Kuswara,E.,(1991). Teori-teori Kepribadian. Bandung: PT Eresco.

Review Jurnal Season II

Yo yo yooo .... bertemu lagi dengan saya Syarifah Raguan :p !!!
Sekarang saya mau melanjutkan membahas atau menganilisis  jurnal dari teman-teman psikologi J
Oke,kalo kalian ingat-ingat minggu kemarin saya ngepost hasil  analisis jurnal dari berbagai kelompok termasuk kelompok saya, kali ini saya akan membahas atau menganalisa atau kata lain mereview kelompok-kelompok yang belum saya post ke blog ini. Naah kelompok kali ini yaitu kelompok 3, 4, dan kelompok 7. Mengapa kelompok 5 tidak dibahas dalam blog ini? Karena ternyata kelompok 5 dengan kelompok 4 membahas jurnal yang sama, alhasil kelompok 5 gugur untuk berpresentasi dan harus mencari-cari jurnal lain untuk dipresentasikan minggu depan..

Saya mulai dengan kelompok 3
Kali ini kelompok 3 meiliki jurnal yang berjudul “Kecemburuan Pada Kaum Homoseksual Pria(Gay) di Jakarta”
Waaww menarik nih untuk kita ketahui,
Latar belakang dari jurnal ini adalah ada satu contoh kasus. Kalian tahu Ryan Jombang kan ?? kasus memutilasi banyak korban ?? sebagian korbanya adalah laki-laki,yang katanya pernah menjalin hubungan dengan Ryan tersebut. Dikelompok 3 tidak membahas kenapa kelompok 3 memilih jurnal ini. Tujuan dari jurnal ini adalah untuk mengetahui lebih lanjut mengenai gambaran kecemburuan pada kaum gay di Jakarta.
Kecemburuan adalah  bentuk lain dari pengalaman emosi negatif yang diakibatkan oleh hilangnya hubungan yang berharga terhadap objek yang di cemburui baik dalam keadaan nyata maupun imajinasi  (Salovey, 1991 dalam Miller, et al., 2007,). Hal yang dapat mendefinisikan kecemburuan adalah Hurt dan Fear. Hurt adalah persepsi bahwa pasangan tidak menghargai komitmen,jadi salah satu dari pasangan beranggapan ada yang tidak menepati janji atau komitmen  awal menjalin hubungan. Fear adalah dihasilkan dari kemungkinan yang mengerikan, misalnya kehilangan pasangan (guerrero & andersen,1998 dalam miller et.al.2007).
Homoseksual adalah individu yg memiliki ketertarikan seksual terhadap orang – orang yg memiliki jenis kelamin sama dengan dirinya” (Cohn, 1974.34). ada 2 macam homoseksual yaitu ego sintotik dan ego distonik. Ego sintotik adalah dimana individu tersebut merasa nyaman dengan keadaan yang mereka rasakan saat itu. Ego distonik adalah sebaliknya individu tidak merasa nyaman dengan dirinya, tidak menerima dengan keadaanya begitu. Terjadinya homoseksual karena faktor-faktormenurut litaratur yaitu dimana figur ayah yang kurang berperan dalam kehidupan individu tersebut.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode obervasi dan wawancara dengan menggunakan pendekatan kualitatif.  Metode wawancara sebagai metode pengumpulan data utama. Dan observasi digunakan sebagai penunjang  dalam berlangsungnya kegiatan wawancara. Metode Observasi yang digunakan adalah observasi non-partisipan .  Observer mengamati saat wawancara berlangsung .Responden berjumlah 3 orang yang berjenis kelamin laki-laki,memiliki orientasi homoseksual, usia dari 20-40 tahun,sudah pernah melakukan hubungan seksual, pendidikan minimal SMA, dan berdomisili dijakarta dan sekitarnya.

Hasil
Subjek 1 menyadari ketertarikannya sesama jenis sejak usia 10 tahun, subjek 2 menyadari ketika 16 tahun, dan subyek 3 menyadari sejak usia 15 tahun. Dari ketiga subyek, Dua subjek notasi bicara terpacu lebih cepat. Pada subjek ketiga terlihat genggaman tangan memguat/mengepal.
Ketika ditanya mengenai sejak kapan berhubungan seksual, 2 subyek merespon lebih cepat dengan menjawab telah melakukan perilaku seksual sesama jenis yaitu usia 9 tahun sedangkan subyek 1 melakukannya di usia 18-19 tahun dan subyek 3 di usia 15 – 18 tahun.
keseluruhan subjek diketahui bahwa terdapat semua faktor potensial yang menyebabkan ia menjadi gay seperti terdapat pada model teori. Faktor potensial itu adalah ketidakadaan figur ayah (ayah sebagai tokoh negatif),  terisolasi dari lingkungan sekitar, perasaan rendah diri, jenis permainan saat masih kecil, dan gaya hidup.
Dari segi psikiatri, semua subyek merupakan homoseksual ego distonik.
Hal ini dikarenakan ketika subyek masih mengalami konflik psikis, belum dapat menerima orientasinya serta masih menutupi orientasinya kepada orang lain.

Lanjut ke kelompok 4.. check this out !
Kelompok 4 membahas jurnal yang berjudul “Efektivitas Metode Pembelajaran Gotong Royong (cooperative Learning) Untuk Menurunkan Kecemasan Siswa Dalam Mengahadapi Pelajaran Matematika” (Suatu studi Eksperimental pada Siswa di SMP 26 Semarang).
Latar belakang menurut kelompok 4 mengapa m,ereka memilih jurnal ini, dikarenakan dari sisi observasi yang dilakukan pada jurnal ini lebih baik dibandingkan dengan jurnal yang sebelumnya dan mereka merasakan hal yang sama pada waktu sekolah memiliki kecemasan saat menghadapi pelajaran matematika.
Latar belakang dari jurnal yaitu Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap momok bagi sebagian pelajar, termasuk siswa SMP. Salah satu faktor yang dapat berpengaruh buruk terhadap prestasi matematika siswa adalah kecemasan. Berdasarkan hal ini peneliti tertarik untuk melakukan eksperimen untuk mengetahui apakah metode belajar gotong royong dapat mengatasi kecemasan dalam belajar matematika.
Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas 2 SMP 26 Semarang yang berjumlah 32 orang yang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 16 orang.
Teori
Hurlock 1997 mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan, yang ditandai dengan kehawatiran, ketidak enakan, dan perasaan yang tidak baik, yang tidak dapat dihindari oleh seseorang.  Metode pembelajaran gotong royong (cooperative learning) didefiniskan sebagai suatu sistem kerja atau belajar kelompok yang tersetruktur yang mencakup saling ketergantungan  positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi personal, keahlian bersama dan evaluasi proses kelompok  (johnson & jhonson 1994).
Metode penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan skala kecemasan,observasi yang dilakukan adalah observasi non-partisipan.
Eksperimen
l       Pertama-tama siswa diberikan pretest yang berupa  skala kecemasan.
l       Kemudian siswa dibagi menjadi dua kelompok, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, pada kelompok eksperimen diberlakukan metode pembelajaran gotong royong, sedangkan kelompok kontrol tidak diberlakukan. Hal ini terjadi selama 4 kali pertemuan.
l       Setelah itu semua siswa diberi posttest yang sama berupa skala kecemasan seperti pada subtest awal.
l       Pada metode pembelajaran gotong royong, siswa duduk dikelompokkan, siswa diberikan tugas yang pengerjaannya secara berkelompok, tempat duduk siswa juga diatur menjadi beberapa kelompok yang saling berhadapan antar anggota kelompok tanpa harus berhadapan kearah meja guru.
Hasil
Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian perlakuan berupa Metode Pembelajaran Gotong Royong (Cooperative Learning) terhadap kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika. Ada perbedaan kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan mengalami penurunan skor kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika, sedangkan kelompok kontrol tidak. Dengan metode pembelajaran gotong royong siswa menjadi lebih rileks dalam menghadapi pelajaran matematika.

Lanjut lagi ke kelompok 7
Kelompok 7 memiliki jurnal yang berjudul “JURNAL KOHESIFITAS SUPORTER TIM
SEPAK BOLA PERSIJA. Bayu Wicaksono.Universitas Gunadarma
Latar belakang menurut kelompok kenapa memilih jurnal ini karena kita ingin mengetahui setinggi apa rasa kohesivitas yang ada dalam kelompok the jakmania ini. peneliti mengangkat tema kohesifitas dalam kelompok untuk dijadikan sebagai bahan penelitian, dikarenakan adanya pandangan masyarakat yang bertentangan mengenai suporter sepak bola. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania?,  Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil TheJakmania?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania, ingin mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil TheJakmania.
Teori
Festinger dkk. (dalam Sarwono, 2005)menyatakan bahwa kohesivitas kelompok adalah ketertarikan terhadap kelompok dan anggota kelompok dan dilanjutkan dengan interaksi sosial dan tujuan-tujuan pribadi yang menuntut saling ketergantungan.  Walgito (2007) menyatakan bahwa kohesivitas kolompok adalah saling tertariknya atau saling senangnya anggota satu dengan yang lain dalam kelompok.
Pendukung adalah seseorang yang secara sukarela ikut ambil bagian dalam mendukung sebuah teori, konsep, kegiatan.(Hornby, 2000) . Suporter  adalah orang yang memberikan dukungan, sokongan, dalam pertandingan. (Alwi, 2005).
Faktor-faktor yang menyebabkan kohevitas kelompok :
Kelangsungan keberadaan kelompok(berlanjut untuk waktu yang lama) dalam arti keanggotaan dan peran setiap anggota, adanya tradisi, kebiasaan, dan adat, ada organisasi dalam kelompok, kesadaran diri kelompok, yaitu setiap anggota tahu siapa saja yang termasuk dalam kelompok, bagaimana caranya ia berfungsi dalam kelompok,bagaimana struktur dalam kelompok, dan sebagainya, Pengetahuan tentang kelompok, Keterikatan (attachment) kepada kelompok.
Subjek penelitian : anggota The Jakmania dan merupakan bagian dari kelompok The Jak Kukusan , Jumlah Subjek sebanyak 2 orang yang masih dalam satu kelompok pada komunitas The Jak Kukusan. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara terbuka dan observasi partisipasi.
Hasil
Kohesivitas individu dalam kelompok dilihat dari Aktifitas kelompok dalam komunitas (main bolabareng, satu lingkungan, bakti sosial dan nonton bola bareng), identitas kelompok (warna, tulisan, logo-logo, warna, logo,atribut Persija), kohesivitas kelompok di luar lapangan (proses menumbuhkan keterikatan , aktifitas sebelum pertandingan, aktifitas setelah pertandingan, tempat berkumpul,mencari kendaraan, menaiki kendaraan,menyanyikan yel-yel, membeli air dan rokok,tegur sapa, menuju tempat parkir, perjalanan pulang, membahas pertandingan).


Thank you :)














Jumat, 21 September 2012

Review jurnal-jurnal

Ayooo kita mulai mereview jurnal-jurnal !!!
Sebelum kita memulai meriview jurnal , ada baiknya saya menjelaskan terlebih dahulu  apa yang terlebih dahulu saya tulis ??!?
Tepat hari selasa minggu kemarin, dikelas diadakannya tugas presentasi masing-masing kelompok. Setiap masing-masing kelompok menganalisis jurnal mereka masing-masing dengan metode penelitian observasi . sudah mulai ada bayangan kan, apa yang saya ingin bahas di blog ini J .  naah minggu kemarin yang presentasi kedepan kelas baru 3 kelompok saja,yaitu kelompok 1. 2. Dan 6. Saya akan meriview atau mengulang kembali apa yang mereka jelaskan di depan kelas dan kebetulan dari 3 kelompok tersebut, kelompok saya termasuk presentasi minggu lalu. Dan saya akan mulai membahasnya.

Kelompok pertama  :)
Kebetulan ini kelompok saya. Jurnal yang kami bahas berjudul “REALITAS CINTA DIMATA REMAJA PEREMPUAN”  Studi Kasus Sindrom Cinta pada Seorang Perempuan Remaja Pasca Filem ‘ Ada Apa Dengan Cinta ‘.
Permasalahan yang dibahas dalam jurnal ini adalah bagaimana seorang remaja belajar dan percaya akan apa yang disajikan oleh media?, bagaimana proses kultivasi tersebut terjadi?
Kita membahas pengertian dari individu remaja terlebih dahulu. Mass media effects memperkenalkan sebuah konsep yaitu perceived reality. Perceived reality adalah ukuran seberapa jauh anak – anak menerima apa yang mereka lihat di televisi sebagai hal yang nyata atau reflektif terhadap hidup mereka (Jeffres, 1997:185).
Media Massa
Denis McQuail menyatakan peranan media massa dalam perkembangan remaja adalah (dalam Rakhmat, 1994:52,72) cermin yang memantulkan citra remaja terhadap remaja itu sendri dan memiliki fungsi sebagai pembentuk identitas pribadi.
Teori Kultivasi
Kultivasi melibatkan proses belajar dan kontruksi dari pandangan mengenai realita sosial yang bergantung pada keadaan pribadi dan pengalaman setiap individu dan juga keanggotaan dalam kelompok. Ia juga dilihat dalam proses interaktif antara pesan dan khalayaknya. Dimana individu beranggapan bahwa yang dialami dirinya itu dengan media sama.
Metode Penelitiannya mengunakan studi kasus. Studi kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasi suatu kasus dalam konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi (stimulus) dari pihak luar (Salim, 2001: 93). Di dalam studi kasus tersebut ada teknis yaitu wawancara mendalam, pengamatan langsung,studi lapangan. Tapi disini kami lebih condong membahas metode ini dengan observasi, di dalam jurnal ini menggunakan observasi partisipan yang dimana peneliti ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian. Subjek dari penelitian ini adalah seorang perempuan yang berumur 18 tahun. Hasil penelitiannya terbukti hipotesis dari peneliti yaitu akibat rendahnya tingkat melek media serta pengaruh pengalaman pribadi, baik yang datang dari diri sendiri, keluarga, teman, maupun sekolah, informan yang masih berusia 18 tahun, sebagai remaja perempuan, ia masih rentan terhadap apa yang diberikan oleh media, jadi apa yang ada di media, subjek ini selalu merasa di dalam media itu sama persis dalam kehidupannya terutama dalam kehidupan cintanya.
Naah menurut dosen kami, presentasi yang kita lakukan kelompok kami termasuk kelompok yang kompak dalam mempresentasikan,dan katanya lagi PERFECTOO J .
Lalu kita lanjut lagi membahas kelompok selanjutnya !!
Kelompok kedua :):)
Jurnal yang dibahas adalah “MITOS TENTANG KEHAMILAN” . Mitos adalah sebuah sistem kepercayaan manusia yang menjelaskan sebuah cerita-cerita pada masa lalu. Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm. Mitos yang diceritakan dalam jurnal tersebut misalnya seperti orang hamil itu tidak boleh duduk ditangga atau di depan pintu, wanita hamil harus memakai gunting (dikalungkan), saat petang tiba, wanita hamil tidak boleh keluar rumah.
Metode Penelitian
Metode penelitiannya menggunakan metode observasi non-partisipan dimana peneliti mengamati apa saja yang dilakukan oleh wanita-wanita hamil tersebut. Subjek penelitiannya adalah wanita hamil dengan usia kandungan 3 bulan, tepat berada di kota Aceh. Mengapa peneliti memilih di kota Aceh tersebut,menurut peneliti di Aceh ternyata masih banyak yang mempercayai mitos.
Hasil Penelitian atau kesimpulan
Ternyata menurut peneliti dari kesimpulannya adalah masyarakat Aceh disana masih mempercayai atau menjalankan ritual dan mitos. Tidak salah peneliti memilih Aceh sebagai penelitiannya,memang masih banyak yang mempercayai mitos tersebut.
Kelompok Selanjutnyaaaa !!!

Kelompok keenam :):):)
Jurnal yang dibahas adalah “POST TRAUMATIC GROWTH PADA PENDERITA KANKER PAYUDARADalam jurnal tersebut bertujuan untuk mengetahui dinamika post traumatic growth atau pertumbuhan pasca trauma menuju perubahan hidup yang positif dan ingin memahami lebih jauh lagi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya post traumatic growth pada penderita kanker payudara.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Alasan peneliti menggunakan metode kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan gejala secara holistic kontekstual melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri penulis sebagai instrumen kunci. Metode observasi dilakukan bersamaan dengan wawancara mengingat kedua metode ini saling mendukung dalam mendapatkan data yang diinginkan. Dan cara mengobservasinya dengan cara melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadiaan bagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Jenis observasi yang digunakan adalah observasi non-partisipan, dimana peneliti tidak terlibat langsung dalam penelitian tersebut, peneliti hanya mengamati saja.  Tapi adanya kurang penjelasan dari kelompom ini, subjek penelitiannya itu siapa dan berapa banyak yang di teliti.
Hasil Penelitian
Secara teoritis, konsep pertumbuhan masa trauma didefinisikan sebagai pengalaman perubahan positif yang signifikan timbul dari perjuangan dari krisis kehidupan yang besar yaitu apresiasi peningkatan hidup, pengaturan hidup dengan prioritas baru, rasa kekuatan pribadi meningkat dan spiritual berubah secara meningkat dan spiritual berubah secara positif. Spiritualitas dalam konteks ini mengacu pada rasa bersyukur yang lebih besar kepada Sang Pencipta, peningkatan rasa komitmen seseorang kepada tradisi keagamaan, atau pemahaman yang lebih jelas dari keyakinan agama.
Dapat diketahui terdapat 4 pertumbuhan pertumbuhan pasca trauma atau (post traumatic growth) yang signifikan timbul dari perjuangan informan dalam menghadapi penyakit payudara ini, antara lain: peningkatan spiritualitas, positive improvement in life, proses sosial semakin tinggi, dan relasi sosial semakin baik. Ketika didiagnosis menderita penyakit yang mengancam hidupnya, individu sering memikirkan kembali makna dan tujuan hidup mereka dan mempelajari kembali prioritas mereka.

Sampai jumpa lagi minggu depan :) 



Sabtu, 15 September 2012

Psikodiagnostik II (Observasi)

Huaaaa.... kembali lagi berteman dengan blog blogan !?! setelah sekian lama sudah berbulan-bulan tidak menjenguk blogku ini ..
SIAP !! KITA MULAI J
HMMm...
Pada tanggal 11 september 2012 tepat hari Rabu, saya baru saja memasuki bangku kuliah lagi dari sekian bulan tidak merasakan bangku kuliah dan akhirnya merasakan. Saat memasuki jam pelajaran pertama jam 08.30 pagi walaupun saya agak telat setengah jam,dan ternyataa dosen saya lebih telat dari saya.hahaha (seneng banget) naah kita mulai tuh membahas tentang materi kita untuk semester  ini,agak mengerikan sih mendengar pembicaraan mas seta (dosen kita) bagaimana  kinerja pada mata kuliah ini untuk kedepannya. Pada saat mas seta menjelaskan mengenai psikodiagnostik II tentang observasi, kita diberi penjelasan mengenai apa itu observasi dan lain-lainnya. Akhir dari penjelasan dosen saya, dan ternyata lagi dan lagi lagi mas Seta memberikan Tugas untuk kita (yeeees,itu membuat kita tersenyum mas J) hehe . tugasnya, kita  merieview apa yang tadi dijelaskan oleh mas Seta dan tidak lupa harus terdapat sumbernya lalu sharing ke blog masing-masing. Dan ini adalah penjelasannya J

OBSERVASI ??
Setiap hari semua orang mengobservasi perilaku. Ketika kita bepergian ke daerah-daerah tertentu atau tempat-tempat tertentu,pasti kita mengamati perilaku orang tanpa kita sadarai bahwa kita sedang mengamati orang lain. Tetapi, observasi kita dengan observasi para ilmuwan itu berbeda. Ketika kita mengamati kita jarang untuk membuat catetan atau rekaman untuk orang yang sedang kita amati sedangkan para ilmuwan menggunakan observasi ilmiah dimana dilakukan dalam kondisi yang ditetapkan secara tepat, dengan cara yang sistematis dan objektif, dan dengan pencatatan yang teliti.
            Dan mengapa observasi itu disebut metode yang sangat mendasar ??
Karena pertama, laboratorium pertama psikologi adalah William Wundt dengan penelitian mengamati perilaku seseorang (performa manusia). 
Kedua, 70% observasi melalui visual, sehingga itu adalah hal yang harus diandalkan untuk melakukan pengamatan. Tetapi tidak hanya visual saja yang harus kita kuasai, ada kelima indera harus digunakan , tidak boleh terdapat unsur-unsur subjektifitas. Saat observasi yang harus dilakukan hanya mendengar, melihat, dan mencatat.
 Bagaimana agar peneliti bertindak objektif saat melakukan observasi  ??
·         Harus mengacu kepada teori yang sudah terbukti (fakta)
·         Tidak memaknai sesuatu tetatpi mengkaitkan yang ada
·         Hanya dapat mendeskripsikan tidak dapat menyimpulkan atau melakukan penilian
·         Peniliti harus lebih dari 1 dan peneliti harus memiliki ketrampiolan, kemampuan mengenai teori ilmiah

Kekuatan dalam observasi hanya tampilan saja, seorang yang sedang mengobservasi tahu mengenai pengetahuan atau ketrampilan yang dimiliki subjek yang sedang diamati. Dalam observasi tidak bisa terlihat sebuah motif karena motif berada dalam diri seseorang, tidak tampak oleh kasat mata. Jika ingin mengetahui  sebuah motif, dapat dilanjutkan dengan metode wawancara.  Dalam observasi ini bisa di ibaratkan gunung es. Puncak gunung es itu ibarat pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki seseorang sedangkan yang dibawah gunung es(yang tidak terlihat) itu adalah sebuah motif.

Metode-metode observasional dapat diklasifikasikan sebagai “observasi tanpa intervensi”atau “observasi dengan ntervensi”

Observasi tanpa Intervensi
Observasi terhadap perilaku dalam setting alamiah, tanpa upaya dari pihak pengamat untuk mengintervensi, sering disebut naturalistic observation.  Seorang pengamat yang menggunakan metode observasi ini bertindak sebagai pencatat pasif dari segala peristiwa yang terjadi.

Tujuan dari observasi naturalistik ini adalah untuk mendeskripsikan perilaku seperti terjadi secara normal dan meneliti hubungan di antara berbagai variabel. Observasi naturalistik membantu validitas eksternal temuan-temuan laboratoris. Bila pertimbangan etik dan moral tidak memungkinkan dilakukannya kontrol eksperimental, observasi naturalistik menjadi strategi penelitian penting.

Observasi dengan Intervensi

          Kebanyakan penelitian psikologi menggunakan observasi dengan intervensi. Dalam observasi intervensi sebaiknya para peneliti melakukan pengontrolan dan eksperimen. Alasan para ilmuwan untuk menintervensi pada umumnya adalah :
1.  Untuk mencetuskan atau menyebabkan terjadinya suatu kejadian yang jarang terjadi dialam atau biasanya terjadi dalam kondisi-kondisi yang sulit untuk diobservasi
2.  Untuk mendapaykan akses ke situasi atau kejadian yang pada umumnya tidak terbuka bagi observasi ilmiah
3.  Untuk mengatur kondisinya sedemikian rupa sehingga kejadian-kejadian yang merupakan anteseden penting dapat dikontrol dan perilaku-perilaku yang menjadi konsekuensinya dapat diobservasi dengan mudah
Tiga metode observasi dengan intervensi adalah participant observation, structured observation, field experiment.
Participant Observation
Observasi partisipan adalah mengobservasi perilaku orang-orang dan sekaligus berpartisipasi secara aktif dalam situasi yang sedang mereka observasi. Dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi sering kali digunakan bila penelitinya percaya bahwa individu akan mengubah perilakunya bila tahu bahwa dirinya sedang diamati.

Structured Observation
Observasi terstruktur dirancang untuk mencatat perilaku yang mungkin sulit diobservasi dengan menggunakan observasi naturalistik. Observasi terstruktur sering digunakan oleh psikologi klinis dan perkembangan. Masalah dalam menginterpretasi observasi terstyruktur dapat terjadi bila prosedur observasi yang sama tidak diikuti di semua observasi atau oleh semua pengamat, atau bila variabel-variabel pentingnya tidak dikontrol.

Field Experiment
Dalam field eksperiment, peneliti memanipulasi satu variabel independent atau lebih dalam setting alamiah untuk menetapkan efeknya pada perilaku.


Daftar Pustaka :
Shaughnessy, J.J. Zechmeister, E.B. Zechmeister, J.S. (2007). Metodologi Penelitian Psikologi. Jakarta:
Pustaka Pelajar.